Nama : Siti Faridah
NIM : 1113034000133
/Prodi/Smester : Tafsir hadis/VI
“Menggugat
Tuhan yang Maskulin”
Penulis : Dr
Kaukab Siddique (Diterjemahkan oleh Arif Maftuhin)
Penerbit :
Paramadina
Jumlah Halaman
: 181 dengan dimensi buku 14,5x20,7x1,3 cm
Tahun terbit :
2002
Buku yang berjudul Menggugat Tuhan yang Maskulin ini sangat
menggelitik dan menarik untuk dibaca. Buku ini berbicara tentang gugatan penulis
terhadap pernyataan-pernyataan Ulama Kaum muslim atau dari kalangan manapun
yang dianggap male-oriented yang sering kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Paparan yang disajikan dalam buku ini cukup berani dan sangat
tegas dalam menanggapi pernyataan itu. Penulis memaparkan bagaimana seharusnya
memahami ayat-ayat dalam al-Qur’an dan hadis yang sering digunakan dalil oleh
kaum muslimin dalam penempatan perempuan dan kedudukan serta tugasnya, dengan
tegas penulis menyalahkan beberapa ulama yang pendapatnya berbeda dengan
penulis yang dianggap menindas dan menjadi budak sejarah dalam memahami suatu
dalil. Dikatakan sangat berani karena ada beberapa tema pembahasan yang sangat
berani dan sangat berbeda dengan para ulama dikalangan kaum Muslim bahkan ulama
klasik yang dianggap kredibel dalam menafsirkan ayat atau mensyarahi hadis,
seperti membolehkan perempuan untuk menjadi imam shalat, terlepas dari
makmumnya laki-laki atau perempuan. Disana juga dibahas bahwa Wahyu turun pula
kepada perempuan, peremuan sangat bisa menjadi pemimpin negara, perempuan
berkarir adalah hak yang sangat harus dijunjung tinggi dan lain sebagainya yang
semuanya itu dibuktikan dengan dalil dan fakta sejarah.
Dalam buku ini akhirnya terungkap bagaimana islam sangat memuliakan
perempuan, dengan penjelasan dalil yang sangat rinci dan mudah difahami ini
menjadi sisi kelebihan tersendiri.
Namun, penulis terkesan emosi dalam tulisannya dan banyak mengeneralisir.
Dalam Al-Qur’an ada ayat yang menjunjung perempuan, ada ayat yang menjunjung
laki-laki, dan ada pula ayat yang menyetarakan keduanya. Posisi-posisi ini
justru ada sisi dimana laki-laki dan perempuan dibedakan kedudukannya, disisi
lain ada pula yang disetarakan, inilah keadilan Islam. Hal ini yang tidak ada
pada bahasan buku ini, Disinilah akhirnya perlu ada penelitian lebih lanjut
terhadap tulisan Dr. Tsauqib Sidiique.
0 komentar:
Posting Komentar